Menulis Dari Bisikan

0 comments
Bagi sebagian orang, khususnya pekerja yang punya partner setianya pena- menulis itu mudah. Namun, bagi sebagian orang lagi, khususnya yang partner setianya obeng- menulis itu amat sulit. Kalau seperti saya sendiri, yang punya kerjaan dan partner setianya adalah pena dan obeng- kira-kira gimana???

Menurut orang bijak, untuk dapat menulis diperlukan apa yang disebut dengan visi. Di dalam visi tersebut banyak tujuan dan harapan yang bisa dijabarkan menjadi bagian-bagian yang mungkin ingin diekspos penulis atau didengar pembaca sendiri.

Saya sendiri sependapat, walau saya jauh dari predikat sebagai seorang penulis. Kata, frasa, atau bahkan mungkin kalimat-kalimat yang saya dapatkan berasal dari Spanyol (Separuh Nyolong). Bisa nyolong dari buku, obrolan, mungkin juga dari media cetak dan elektronik. Tapi, pernahkah terpikir, kita dapat menulis yang sumbernya berasal dari bisikan-bisikan dalam kepala kita sendiri? (Bukan mistis). Jawabnya, dimungkinkan bisa.

Di sini, saya bilang dimungkinkan bisa. Karena, tidak setiap orang dapat memanfaatkan bisikan-bisikan itu. Juga tidak pernah menyadari bisikan-bisikan itu perlu diungkapkan atau ditulis. Bisikan ini sering kali diabaikan, karena jika terlalu lama didengarkan akan ada sedikit efek samping, yaitu pusing. Bisikan itu sesungguhnya anugrah tak ternilai yang pernah diberikan Tuhan kepada kita selaku manusia, bisikan itu membedakan kita dengan makhluk lainnya di muka bumi ini, bisikan itu adalah akal pikiran.

Tidak perlu bahan, untuk dapat menulis. Kita hanya perlu berusaha mendengar apa yang dibisikan isi kepala kita. Sisi visual yang perlu kita tangkap hanyalah karakter suatu benda yang sedang kita lihat. Sisanya, biarkan pikiran yang berperan. Tangkaplah apa yang pertama kali terbesit dalam pikiran anda, dan tuliskan. Selebihnya, tinggal perluas apa yang tertangkap tadi menurut versi anda sendiri. Dan, lakukan tangkapan berikutnya dengan membaca karakter suatu benda untuk kesekian kali pada saat menemukan jalan buntu.

Yang tidak kalah pentingnya dalam menulis adalah kejujuran. Berani menulis jujur kadang sulit untuk diterapkan. Karena, berani jujur pada apa yang kita pikirkan, lalu dituangkan pada tulisan berarti menjaga kualitas dan ke-orsinilan karya kita sendiri. Buang jauh-jauh bayangan respon atau opini negatif dari pembaca. Siapa tahu, kritik atau cercaan yang kita terima adalah tangga yang membangun tulisan kita menuju tingkat yang lebih baik.

Se-sederhana itukah menulis???? Tentu tidak. Karena, pada akhirnya andal-ah yang lebih tahu siapa dan bagaimana anda.





Copyright © Beranda Kita - Blogger Theme by BloggerThemes