Masa Depan, Sekarang atau Nanti?

Sore itu saya tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan kawan yang kebetulan baru saja menjadi ayah bagi seorang anak lelaki yang lahir 48 jam sebelumnya melalui proses cesar.
"Masa depan gue begini amat ya..?" kira-kira begitulah ucapnya, sedikit lirih.
Padahal, kawan saya ini baru saja memiliki satu anak. Bahkan, usianya sendiri belum genap 25 tahun. Kira-kira, apa maksud pernyataannya barusan?? JAWABANNYA.., saya yakin pembaca yang budiman punya jawaban sendiri demi menyikapi pernyataan tersebut.
Giliran saya coba menanggapi. Jujur, saat itu saya tidak berkomentar apa-apa atas kesan yang saya kira berunsur kekecewaan terhadap diri sendiri itu. Karna, pada akhirnya kita semua diberikan kebebasan memilih untuk mengungkapkan apa yang dirasa kepada siapa yang diinginkan 'pada saat itu'.
Terkait judul yang saya bubuhkan untuk bahasan ini, mudah-mudahan dapat memancing opini kawan-kawan pembaca, pastinya respon positif yang kita sama-sama harapkan.
Judul di atas adalah guratan manifestasi dari apa yang saya rasakan pada saat mendengar pernyataan kawan saya tadi. 'Waktu', 'Timing', adalah keyword yang pertama kali saya tangkap. Keadaan dia saat itu menentukan sekali lahirnya pernyataan yang dia buat. Artinya, ada proses yang dilewatinya, entah itu sesuatu yang dapat di-handlenya dengan baik atau tidak. Masa depan yang dikalimatkan bernada subyektif, yang pada akhirnya sesuatu 'masa depan' telah dan akan menentukan pilihannya sekarang atau nanti. Bukannya naif, pada dasarnya kita pun sering berpikir demikian.
Nah, mari kita coba meng-klasifikasikan masa depan berdasarkan waktu.
Contoh, di usia yang relatif muda (15-20th) seorang anak telah mendapatkan sesuatu atau pekerjaan yang dicita-citakan sejak kecil. Dan, sesuatu yang dia dapatkan prospektif bagus baginya. Maka, saya rasa anak itu sedang menjalani masa depannya dengan gemilang. Masa depan sifatnya amat relatif, relatifitas ini bergantung dari diri sendiri kapan seharusnya masa depan itu diraih? kisah sebaliknya dari contoh di atas, mungkin pembaca dapat meng-ilustrasikannya lebih baik lagi.
Kembali lagi, semuanya bergantung pada sudut pandang pembaca sekalian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah orang bijak, untuk tidak spamming dalam komentar.

Copyright © Beranda Kita - Blogger Theme by BloggerThemes