Pernah melihat siswa STM/ SMU mencegat truk kosong saat pulang dari sekolah? Bahkan anak SMP pun jadi ikut-ikutan melihat kakak kelasnya berlaku demikian. Tidak punya uang atau Trend? Bukankah sudah banyak korban akibat menghalangi truk atau mobil bak terbuka yang sedang melintas di jalan raya.
Saya sering melihat kejadiaan ini. Tepat di depan tempat saya bekerja, anak SMU atau STM ini mengerubungi truk yang melintas untuk menumpang. Ngebrong istilah mereka, adalah aksi yang lumayan berbahaya, karena saat menaiki truk secara brutal truk tersebut masih dalam keadaan berjalan. Tidak sedikit beberapa siswa yang terlambat untuk menyusul teman-temannya yang sudah di atas truk jatuh saat mencoba berpegangan pada tiang/pagar truk. Tragedi yang paling menyedihkan dialami adik teman yang tewas karena kepala terlindas ban truk.
Budaya ini pun meluas, hingga yang paling marak adalah supporter klub bola daerah yang tidak hanya menaiki truk terbuka, tapi bis/metromini yang permukaan atapnya amat licin. Meski begitu banyak bahaya yang ditimbulkan, tetap saja aksi ngebrong ini marak dan diminati. Dan anehnya, pemerintah sendiri sepertinya ogah-ogahan menanggapi masalah ini.
Sobat yang budiman,
Ini sama sekali bukan perihal menghemat uang (ongkos). Mungkin, alih-alih isme anti kemapanan sudah menjangkit adik-adik/anak-anak STM atau supporter bola kita. Ini bukan sekedar paham yang dianut dan solidaritas, tapi kebodohan dan mental ceroboh seperti ini telah menjadi tontonan yang menarik dalam masyarakat kita. Pelik juga untuk menanggapi lebih lanjut jika kesadaran menjadi sikap yang langka kini, sepertinya yang berwajib pun asyik-asyik saja menanggapinya.
Salam Waspada!-Penulis.
Saya sering melihat kejadiaan ini. Tepat di depan tempat saya bekerja, anak SMU atau STM ini mengerubungi truk yang melintas untuk menumpang. Ngebrong istilah mereka, adalah aksi yang lumayan berbahaya, karena saat menaiki truk secara brutal truk tersebut masih dalam keadaan berjalan. Tidak sedikit beberapa siswa yang terlambat untuk menyusul teman-temannya yang sudah di atas truk jatuh saat mencoba berpegangan pada tiang/pagar truk. Tragedi yang paling menyedihkan dialami adik teman yang tewas karena kepala terlindas ban truk.
Budaya ini pun meluas, hingga yang paling marak adalah supporter klub bola daerah yang tidak hanya menaiki truk terbuka, tapi bis/metromini yang permukaan atapnya amat licin. Meski begitu banyak bahaya yang ditimbulkan, tetap saja aksi ngebrong ini marak dan diminati. Dan anehnya, pemerintah sendiri sepertinya ogah-ogahan menanggapi masalah ini.
Sobat yang budiman,
Ini sama sekali bukan perihal menghemat uang (ongkos). Mungkin, alih-alih isme anti kemapanan sudah menjangkit adik-adik/anak-anak STM atau supporter bola kita. Ini bukan sekedar paham yang dianut dan solidaritas, tapi kebodohan dan mental ceroboh seperti ini telah menjadi tontonan yang menarik dalam masyarakat kita. Pelik juga untuk menanggapi lebih lanjut jika kesadaran menjadi sikap yang langka kini, sepertinya yang berwajib pun asyik-asyik saja menanggapinya.
Salam Waspada!-Penulis.
Posting Komentar
Jadilah orang bijak, untuk tidak spamming dalam komentar.