Ketika Kontroversi Menjadi Batu Imajiner

Bila sobat mendengar sesuatu pendapat yang tidak bisa langsung dicerna secara kognitif maupun afektif, tentunya dengan versi sobat, pastilah tak ingin menunda waktu untuk melepaskan interupsi kepada sumber pendapat tersebut.

Beda pendapat itu wajar, apa lagi didasari satu landasan kuat yang konkret yaitu kebenaran , walaupun 'kebenaran' itu sendiri relatif. Dan, kekuatan dari wujud kontroversi adalah sumber pengetahuan yang berdasar serta logis. Bahkan kalau perlu, dialektik diterapkan demi terciptanya satu pembaharuan utuh harapan bersama.

Sobat yang bijak,

Yang saya ingin angkat di sini adalah "Siapa pelaku kontroversialnya?" dan "Untuk siapa dialamatkannya perlakuan ini?".

Kadang kontradiksi terhadap sesuatu dibangun bukan dari pemikiran logis seseorang. Ini bisa terjadi di mana pelakunya adalah oknum atau lebih tepatnya manipulator ulung berpredikat. Oknum ini memberi imbalan janji tak pasti pada orang-orangnya untuk melakukan aksi-aksi berlawanan dari suatu ketetapan yang telah terbuat, sudah tentu aksi ini adalah alat untuk meluluskan ambisinya.

Kasus di atas memberikan gambaran samar akan sikap kontroversial sebagai alat untuk berpendapat, memproses serta membangun. Dan dampak yang mengerikan dari noise-noise ini adalah reaksi absurd dari kalangan minor (kurang penting) yang jelas bertolakbelakang. Sehingga, mungkin jika masalah ini terus berlanjut akan terjadi tindakan anarkis dari kedua kubu berlawanan. Revolusi dan reformasi adalah hanya sebuah kendaraan, belum tentu kendaraan ini digunakan untuk kepentingan khalayak.

Mulai terasa, sikap-sikap kental massa jika dihadapkan pada sebuah pilihan. Yang pilihan itu dimengerti dan amat disadari, tetapi memilih melawan suara hati demi segenggam janji tak pasti. Lebih mengherankan lagi, sebagian lain dari massa yang memilih bersikap naif, entah karena pesimis atau mungkin mengalami fiksasi terhadap faham bawaan sejak lahir. Keras memang, bahkan radikal, Mungkin. Tetapi tetap masih tidak jelas output dari temuan-temuan di atas.

Dimana kejelasan bersemedi? Yang 'jelas' kini hanya pendapat yang membangun dari sobat-sobit sekalian. Atau pentingkah kita membahas ini semua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah orang bijak, untuk tidak spamming dalam komentar.

Copyright © Beranda Kita - Blogger Theme by BloggerThemes